PLN Mengembangkan Lahan Kritis Dengan Ekosistem Biomasa Pertanian Terpadu
PT PLN (Persero) berusaha untuk mengembangkan ekosistem biomassa yang terintegrasi dengan pertanian di Indonesia melalui sub-holdingnya, PT PLN Energi Primer Indonesia. Ini dapat mengubah lahan yang dulunya kritis menjadi lebih hijau dan produktif, menciptakan dampak positif pada lingkungan dan perekonomian.
Inisiatif ini akan mengambil keuntungan dari 1,7 juta hektar dari total 14 juta hektar tanah yang kritis di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia Sudaryono memuji PLN karena mendukung program biomassa yang melibatkan Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, dan kelompok masyarakat untuk memanfaatkan lahan kritis. Ini adalah langkah penting dalam mendorong pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Saya sangat mendukung inisiatif PLN untuk program ini. Di tengah tantangan perubahan iklim yang kita hadapi, saya menghargai langkah ini karena memastikan bahwa sumber biomass yang digunakan berasal dari tanah marjinal. Ini adalah langkah positif yang diresmikan oleh Sudaryono dalam acara Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu di Tasikmalaya pada tanggal Minggu, 29 September 2024.
Menurutnya, tanah marjinal adalah tanah yang sulit dilakukan pertanian dan terletak di wilayah terpencil di seluruh Indonesia. Program biomassa PLN sangat membuktikan komitmen pemerintah untuk mencapai daerah-daerah terpencil di negara ini.
“Saya berharap model ini dapat diimplementasikan dengan sukses dan dapat ditiru di tempat lain,” tambah Sudaryono.
Menurut Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, usaha bersama dengan Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah dan Kelompok Masyarakat telah memanfaatkan lahan kritis secara efisien. Ini adalah contoh bagaimana kerja sama dapat menghasilkan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Sebagai bagian dari program kolaboratif, kami bertujuan untuk mengubah lahan yang dulunya kering dan tidak produktif menjadi lebih hijau dan produktif,” kata Darmawan.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada sekitar 14 juta hektar lahan yang rentan di seluruh Indonesia. Dengan mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu, program ini memainkan peran penting dalam upaya mengatasi masalah pemanfaatan lahan kritis.
Menurut Darmawan, kami berkomitmen untuk memanfaatkan sekitar 1,7 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini akan membantu dalam upaya mengurangi emisi sebesar 11 juta ton CO2e melalui penggunaan biomassa bersama batubara.
Selain itu, program ini membantu meningkatkan kapasitas nasional dengan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan mendorong perekonomian masyarakat lokal serta memerangi kemiskinan.
“Kami berharap program ini akan melibatkan 1,25 juta masyarakat dan menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp9,5 triliun setiap tahunnya,” demikian disampaikan.